Rabu, 25 Juni 2008

that's the key

Samudra itu bernama HATI. Hati yang bisa merasa saat kita sedih atau senang. Namanya samudra, ya harus luas. Nah itu dia, meluaskan hati dengan sabar dan ikhlas. 

Tuhan mengetahui yang terbaik, akan memberi kita kesusahan untuk menguji. Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.

Jika kita kehilangan, maka pasti ada alasan di baliknya. Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, ia telah siap memberi yang lebih baik. 

Hati seseorang seberapa bening, tak ada yang tahu. Hati seseorang seberapa tulus mencintai, tak ada yang tahu. Hati seseorang seberapa sabar menghadapi ujian pun, tidak ada yang tahu, hanya pemilik hati itu sendiri dan Zat yang Maha Mengetahui. Karena memang begitulah karakteristik amalan hati, ia tak bisa berkata, pun ketika berkata belum tentu kenyataanya demikian. Sedalam-dalam lautan pun masih ada lautan lain yang masih dalam. Sederita luar biasa yang kita rasakan ternyata ada yang lebih menderita. Dan justru ketika kita melihat orang yang menderita, ternyata ia sendiri tidak merasakan deritanya sebagai suatu penderitaan. Memang aneh dunia ini. Semuanya serba semu, ga ada yang Trivial [Trivial bahasa Fisika artinya Jelas!].

Mungkin ujian kesabaran dan keikhlasan saya waktu itu ngga sederas akhir-akhir ini. Dan tulisan ini ini ada, karena semuanya terlalu mengusik kepala. Setiap masa usia ujiannya berbeda-beda, kita nganggepnya ujian bagi yang lain enteng tapi ternyata bagi orang itu...

Sabar, sabar, ikhlas dan ikhlas. Belajar ikhlas lebih susah daripada belajar kuantum. Belajar sabar pun butuh jam terbang tinggi. Seorang anak kecil dengan kulit terbakar matahari sambil membawa koran, seakan ia berkata mungkin kau lebih beruntung dari padaku teman, karena kulitmu putih bersih, tanganmu tidak kotor seperti kami. Dan seorang bapak dengan kacamata minusnya pun berkata pada dirinya, mungkin aku tidak seberuntung si A yang bisa menyekolahkan anaknya hingga ke Yogya, dan mungkin kita-pun tak tersadar pernah berbisik andai saja ku punya lebih dari yang lain, punya keelokan fisik lebih, kepintaran otak lebih, teman-teman yang banyak, punya pendamping hidup yang cuantik dan gantheng, punya penghasilan yang buanyak dsb. Ukuran normatif dunia, standard penentuan derajat martabat seseorang.

Bunga tidak mekar dalam waktu semalam, kota Roma tidak dibangun dalam sehari. Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan. Semua proses yang baik, butuh kesabaran yang lebih. Kupu-kupu yang cantik, harus rela digedong sebagai kepompong. Mutiara yang elok harus rela bersemedi lama untuk menghasilkan warna yang gemilang. 

Kadang Allah mendatangkan Petir, Menyembunyikan Matahari dan kita menangis, bertanya kemana hilangnya matahari. Rupanya kita tak tahu akan diberi pelangi oleh-Nya. 

Jangan terus merasa rapuh, karena banyak yang membersamai langkah kita. Sabar dan ikhlas mungkin susah untuk dikedepankan saat ini, tapi keyakinan hati untuk dapat menjalaninya, harus selalu terbangun sebagai fungsi dasar hidup. Kala bibir digigit, tangan menggenggam pasrah, bola mata menciut, air mata meleleh, menahan sakitnya derita dan ujian, kau tahu dan kau rasa, kita saat ini berada dalam kondisi paling lemah, tapi yakin selalu, sebentar lagi Ia akan berikan kenikmatan yang tak terhingga harganya. Biarkan sakit ini menguasai jiwa, semoga ia mengganti rasa sakit ini dengan kenikmatan dan keberkahan, ketika kita sudah sabar dan ikhlas dengan sesuatu yang memang ditakdirkan untuk kita. 

Sabar dan ikhlas these are the keys. Semua nikmat yang ada di diri kita adalah amanah, bukan suatu hukuman atau pemuliaan. Dalam riuh batinmu, sebahagia atau semenderita apapun kau saat ini, selalu memohon untuk semua agar terasa nikmat untuk dijalani, biarkan kata-kata ini menjadi teman dalam hatimu. 

Selembut sutra kasih, kasih yang disulam dengan harapan dan doa setiap saat. Doa dalam tetes air mata pelabuh kapal impian dan cita-cita. Ketenangan adalah maharnya, kebahagian adalah lilinnya, dan pengertian adalah lambang cintanya. 

Mari saling berpegang, biar tidak saling jatuh. Berpegang dengan apa yang telah kita rasa dalam kehidupan ini. Saling menceritakan apa yang kita lihat, saling menguatkan dan saling mendoakan. Semoga kita termasuk orang yang cerdas dalam bersahabat dengan kehidupan. Sabar dan ikhlas, that’s the key !

“ Pengetahuanku tentang diriku atau tentang apapun amatlah sangat terbatas, sedang pengetahuan Allah meliputi segalanya, Ia Maha tahu apa yang terbaik bagi ku sedang aku tak tahu apa yang terbaik bagiku, keputusanNya selalu yang terbaik, dan diriku pun harus ber-husnudzan terhadap semua keputusanNya. “ 







Tidak ada komentar: